Ternyata Khai masih optimis untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa jadi #1 di Google SERPs, meski dia tidak tahu makna Mengembalikan Jati Diri Bangsa itu sendiri.
Pengemis dan Jati Diri Bangsa. Dua point utama yang khai angkat dalam artikelnya yang bertajuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa.
Kondisi ekonomi yang tidak merata dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup diperparah lagi dengan tingkat pendidikan yang rendah adalah sebuah alasan yang menjadikan mereka berprofesi sebagai pengemis.
Meski Departemen Sosial sudah mempunyai program untuk mengatasi masalah pengemis, namun pada kenyataannya masih saja terdapat para pengemis yang melakukan aksinya diberbagai tempat.
Yang lebih mencengangkan lagi ternyata para pengemis ini –sebagian, dijadikan objek oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sebagai lahan penghasil uang. Pengemis terorganisir adalah contoh nyata tindakan oknum tersebut yang jelas-jelas melanggar hukum dan norma-norma agama..
Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Begitu yang ditegaskan oleh MUI Pusat melalui Bapak Umar Shihab yang saat ini menjabat sebagai Ketua MUI. Dengan alasan diatas maka MUI Pusat menyatakan bahwa mengemis adalah haram hukumnya.
Pengemis jelas tidak mampu Mengembalikan Jati Diri Bangsa. Bagaimanapun jua keterbatasan jenjang pendidikan yang mereka miliki membuat mereka tidak banyak mendapatkan pengetahuan sebagai landasan untuk mengenali jati diri mereka sendiri. Adalah naïf bila kita mengatakan bahwa mereka mampu berbuat banyak untuk bangsa ini.
Masih menurut pendapat Khai, sebenarnya mereka ini mempunyai jati diri, namun jati diri sebagai pengemis. Karena setiap orang memiliki jati diri yang unik. Artinya setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Lantas apa kelebihan dari pengemis? Satu point yang patut saya catat bahwa dengan adanya pengemis kita akan sadar diri bahwa masih banyak orang yang hidupnya dibawah status kita. Dengan begitu kita makin pandai mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Jadi intinya saya tidak mengulas kelebihan pengemis secara personal, namun yang saya tekankan adalah sisi positif yang dapat kita ambil dari kehadiran pengemis ditengah-tengah masyarakat.
Lalu apa pula kekurangan pengemis? Setiap orang pasti memiliki kelemahan. Namun karena kita dibekali –alhamdulillah dengan ilmu pengetahuan yang memadai, makan kita selalu berusaha untuk mengenali kelemahan kita, kita pelajari lalu kita jadikan senjata untuk melawan kelemahan tersebut. Pada akhirnya kelemahan yang ada mampu menjadi sebuah kelebihan yang luar biasa. Ini yang tidak dimiliki oleh pengemis.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mampukah pengemis merubah jati diri mereka sebagai pengemis sehingga menjadi sebuah pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara? Tentu bukan saya yang berhak menjawabnya. Semua tergantung dari peran serta Pemerintah dan kesadaran dari pengemis itu sendiri, sejauh mana mereka ingin mengembalikan jati diri mereka agar dapat hidup layak dan berguna bagi bangsa dan Negara.
Itulah beberapa point penting yang saya dapat tangkap dari artikel milik khai yang berjudul Mengembalikan Jati Diri Bangsa.
Kehidupan masyarakat bangsa ini yang tidak merata membuat sebagian masyarakan memilih profesi sebagai pengemis. Terlepas tidaknya mereka dari orang-orang yang mengorganisasi mereka, pekerjaan tersebut tidak akan mereka lakukan andai lapangan pekerjaan tersedia untuk anak bangsa Indonsia.
Kita hanya bias miris melihat pengemis dipinggir jalan yang menengadahkan tangan mereka sambil memelas, berharap kita memberikan sedekah ala kadarnya.
Meski MUI Pusat telah mengharamkan profesi mengemis, namun hal itu bukanlah solusi yang tepat. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang mencukupi setidaknya dapat mengembalikan mereka ke habitat yang lebih bermartabat. Manusia yang mempunyai jati diri yang sesungguhnya.
Itulah tanggapan saya atas artikel Mengembalikan Jati Diri Bangsa yang ditulis oleh Khai dalam blog kontes seo miliknya.
Mengembalikan Jati Diri Bangsa
.