Sudah semingguan ini sebagian wilayah di kota Samarinda ini terendam banjir. Yang menurut pendapat beberapa ahli tata air dan pengamat lingkungan bersumber dari buruknya, sangat buruk malah, penataan drainase kota.
Saya yang hidup mati di kota ini sejak lahir sampai sekarang ini, sudah agak-agak lupa sejak kapan dimulainya bencana akibat kebodohan pengelola kota ini. Yang jelas seingat saya, sewaktu saya sekolah sma, tahun 87-90, bahkan sampai awal tahun 2000-an banjir ini belum hadir seintensif ini. Bayangkan saja bila hujan turun lebih dari 1 jam, bisa dipastikan wilayah bundaran Mal Lembuswana, perumahan Voorvo, Sutomo, mengalami kebanjiran, dan kemudian banir ini akan menyurut 3 – 4 jam kemudian.
Ini jelas-jelas kebodohan pengelola kota beserta staf –staf ahli beliau yang bergelar s2 dan telah berkali-kali studi banding ke luar negeri. Selama 5 tahun ‘mengabdi’ koq ya o mengurus tata air drainase aja gak beres-beres.
Sebagian besar warga kota, termasuk saya, akhirnya lama-lama terbiasa mengalami banjir ini, walaupun rumah saya tidak pernah kena, dan lama-lama menganggap banjir ini sebagai ‘alah bisa karena biasa’, imun, bahwa banjir ini (kalau meminjam istilah pak uztadz) adalah ‘ketentuan’. halaaahhh
Atau sebetulnya siapa yang bodoh, jangan-jangan kami ini warga kota lebih bodoh lagi daripada para pengelolanya. Lah terus ke mana anggota dewan kota? Ya saya juga gak tahu apa yang mereka kerjakan. Mungkin saja banjir ini bagi mereka adalah bukan suatu masalah yang mengkhawatirkan, dan masih banyak urusan lain yang lebih urhen.
Apapun itu, istri saya yang asli Gorang-Gareng Madiun, kerepotan melayani telepon dari saudara, teman, tetangga dia di jawa, yang dengan nada penuh kekhawatiran menanyakan apakah rumah kami juga terendam banjir seperti yang diliput oleh tv-tv nasional.
Sejak masuknya para investor dari luar, Samarinda jadi begini gitu loh....
BalasHapusPara Investor tidak memikirkan akibat perusakan lingkungan, perusahaan batu bara, Perumahan.. semua tidak bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan yg mereka kerjakan
tenang saja mas...mungkin di Samarinda ini orang2nya seneng maen aer... coba deh amatin pengembangan kota yg nggak imbang.. mall baru... kemudian juga perumahan baru yang semuanya itu terkadang nggak masuk akal menganai dampak lingkungannya...
BalasHapus@fotodeka; begitulah pak, entah mengapa Rencana Tata Kota yang telah ada cuma seperti syarat administratif saja, artinya kalau ditanya; Samarinda juga punya master plan kota. Namun penjabarannya pak ... Mall baru dibangun persis bersebelahan dengan Hutan Kota, kemudian Ruko dimana-mana dibangun. Yang mengherankan saya, bagaimana IMBnya diberikan tanpa mengacu ke Master Plan Kota?
BalasHapusKeserakahan kah atau Kebodohan kah? Atau lebih parah lagi bila kombinasi keduanya.
!!!!!!!!!!?????????????????????? Bingung???????!!!!!!!
BalasHapussamarinda tak punya blue print yg jelas...
BalasHapus