SEPAKBOLA INDONESIA

Betapa ironisnya prestasi persepakbolaan Indonesia yang mengalami penurunan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir justru setelah dibukanya keran pemain asing untuk bermain di klub - klub tanah air. Ironis sekali, padahal tujuan dari dibukanya keran pemain impor adalah justru untuk meningkatkan mutu dan prestasi persepakbolaan dalam negeri.

Apa yang salah? Harus diakui bahwa mutu permainan yang ditampilkan di liga nasional sudah sangat baik, bahkan beberapa pesepakbola kita menunjukkan tingkat permainan yang lebih baik daripada pemain impor. Kompetisi liga nasional juga menunjukkan permainan yang tak kalah menarik bila dibandingkan dengan liga - liga di eropa.

Yang jadi masalah adalah prestasi di kancah kompetisi antara bangsa, prestasi tim nasional menunjukkan tren yang menurun. Sepuluh tahun yang lalu timnas kita masih merajai kompetisi paling tidak untuk wilayah asia tenggara dan di antara negara-negara ASEAN, namun saat ini untuk mengalahkan Singapura saja wah sulitnya minta ampun.

Ada - ada saja alasan dan komentar yang dikemukakan oleh para Manajer, Pelatih, dan Pemain sepakbola kita ini, ya "Bola itu bundar"-lah (siapa bilang lonjong), ya "Dewi Fortuna belum berpihak"-lah, ya "Pemain inti mengalami cedera"-lah, ya "Jadwal kompetisi dalam negeri terlalu padat"-lah, "Wasit berat sebelah"-lah , dan macam-macam alasan lainya.

Apapun alasan yang dikemukakan, saat yang sama kita mungkin lupa bahwa negara lain pun juga berusaha keras meningkatkan mutu tim sepakbola mereka dan rupanya upaya kita terbukti kurang keras dan nyata - nyata kalah tertinggal dengan negara - negara tetangga kita.

Saya bukan penggila sepakbola dan tidak pernah pula menonton pertandingan sepakbola sampai selesai dua babak, apalagi begadang sampai dini hari untuk bela - belain nonton siaran langsung pertandingan sepakbola. Namun sebagai warga negara yang ikut turut prihatin dengan prestasi persepakbolaan nasional ini perkenankan saya ikut turut menyumbangkan pemikiran berupa apa yang saya lihat salah dalam dunia persepakbolaan nasional.

PERTAMA, masalah pokok yang sebenarnya juga mewabah di masyarakat kita adalah; KETIDAKPERCAYAAN TERHADAP HUKUM, sehingga para pesepakbola kita selalu saja tidak percaya terhadap keputusan keputusan wasit. Bukan berita baru kalau kita melihat wasit bola di kejar-kejar di lapangan, dipukul, bahkan pernah saya lihat berita ada seorang bupati yang turut serta mengejar hendak memukuli wasit, luar biasa ya.

KEDUA, masalah yang tidak kalah pentingnya dan sebenarnya juga menjangkiti kita semua adalah; KURANGNYA KERJA SAMA. Kerja sama yang menjadi keharusan dalam permainan tim dan telah dilatih dan dikoordinasikan berulangkali pada saat latihan dan hingga sebelum pertandingan, mendadak menjadi hal yang sulit sekali dilakukan justru pada saat pertandingan. Para pemain tiba - tiba menjadi egois, tidak terlihat jiwa gotong royong yang katanya merupakan ruh budaya warisan leluhur kita.

KETIGA, masalah klasik dan lagi - lagi sebetulnya juga menjangkiti kita semua yaitu; INGIN MENJADI ORANG YANG PALING BERJASA. Ini bisa kita lihat pada saat pemain kita sudah berada di depan gawang lawan, kalau sudah bawa bola, maunya dia saja yang mencetak goal ke gawang lawan. Tak jarang kita lihat pemain yang begitu ambisiusnya melakukan shooting walau dalam posisi yang mustahil padahal ada rekan dia yang berdiri bebas namun tidak diberi passing bola.

Lalu bagaimana jalan keluarnya? Wah kalau itu bukan bidang keahlian saya, paling tidak saya sudah memberikan sumbangan pemikiran berupa tiga penyebab utama mengapa timnas kita mengalami krisis prestasi.

Kalau saya diminta mencarikan jalan keluar, paling - paling cuma saran saja misalnya bagaimana kalau wasit sepakbola diambil dari kalangan santri atau guru ngaji agar bisa lebih mendapat kepercayaan dari pemain, pelatih, dan bupati .... mungkin teman - teman saya di sini dapat memberikan usulan yang lain?


20 komentar:

  1. beri langkag2 cara buat web/blog yang bagud donk

    BalasHapus
  2. Untuk point nomer 2 mau ane tambahin. Yang kurang lagi kedisiplinan. terkadang seorang pemain agak susah untuk mau mematuhi pelatih karena merasa paling berjasa atau paling hebat.

    BalasHapus
  3. Saya memiliki Om yg dulu jadi wasit bola, kalau tidak salah angkatannya Pak Djafar Umar, beliau pernah bilang, tidak mungkin tidak ada 22 pemain bola yg hebat diantara ratusan juta penduduk negeri ini. Secara satire, om saya berkata, bahwa kalau kita tak maju-maju, itu mungkin karena sepak bola memang ditakdirkan bukan untuk negeri ini... hihihii...

    sementara saya, masih tetap mengenang Patar Tambunan dan Hermansyah sebagai pemain bola lokal favorit.
    :)

    BalasHapus
  4. Mungkin perlu ada klasifikasi atau kelas seperti tinju, ada kelas bulu, kelas ringan, kelas berat dsb. Lha Indonesia masukin ke kelas yg paling rendah aja.

    BalasHapus
  5. @rafgan; waduh kalau diminta langkah - langkah membuat web/blog yang bagus, saya juga masih harus banyak belajar mas rafgan. mungkin sebagai langkah awal bisa mas rafgan kunjungi blog biru mas anangku sebagai acuan membuat web/blog. thanks sudah mampir namun sayang sekali mas rafgan tidak meninggalkan url untuk saya kunjungi balik.

    @renaldy; tidak mematuhi instruksi pelatih ini boleh jadi akibat kurang disiplinnya pemain dan bisa juga akibat merasa paling hebat dalam team.

    @pakacil; wah si om pakacil terlalu berlebihan satire hahaha masak sepakbola bukan ditakdirkan untuk orang indonesia. iya juga ya pak, kok diantara 200 juta lebih kepala (siapa yang tahu persis jumlah penduduk indonesia??) sulit menemukan 22 orang yang hebat main bola. jangan - jangan para peMAIN bola kita sudah lupa esensi kata berMAIN bola, mereka tidak lagi merasakan makna kata MAIN. maksud saya seperti apa yang dirasakan anak saya ketika berMAIN pe-es.

    @marsudiyanto; huhuhu usul yang menarik pak, selain diadakan kelas - kelas seperti tinju, juga perlu dipertimbangkan agar pemain bola kita diberi SABUK seperti di karate. jadi agar para pemain bisa lebih berhati - hati bila mau melakukan sliding ke pemain lawan yang bersabuk hitam.

    BalasHapus
  6. soal sepakbola lokal
    teteup : BARITO PUTRA !

    BalasHapus
  7. soal sepakbola lokal
    teteup : BARITO PUTRA !

    BalasHapus
  8. baru aja kemarin kerusuhan lagi di Maluku ambon
    pemain dan suporter saling kelahi
    nggak akan maju2 sepak bola kita kalau seperti itu
    parah!!!

    BalasHapus
  9. Bola itu gak bundar bro..he.., yg bener..topi saya bundar..okayy

    BalasHapus
  10. yah, semoga saja lebih selektif lagi klo merekrut pemain-pemain baru. utamakan disiplin, dan banyak berdoa moga dimenangkan dalam pertandingan.... wekek :D

    BalasHapus
  11. Negaraku oh negaraku ..., ky nya untuk urusan sepak bola .. org2 negara kita lbh cocok jd komentator aja :D protes dan jotos hebat tp prestasi keropos. Wasit pun bisa terlihat seperti bola, makanya sampai di tendang juga .. macam2 aja. Saya rasa sih bukan mslh di wasit juga pak, tp ini krn memang kadar dan tingkat keseriusan nya masih kurang walau dirasa sudah maksimal. Masa' sih hanya nyari 11 orang yg top di antara jutaan pria di indonesia ini susah ?. Sanksi buat pemain yg hobi 'jotos prestasi keropos' itu harus keras ! sehingga bisa membuat jera dan mreka berfikir ulang untuk berbuat itu lagi. Saya cuman bisa berdoa'a smoga timnas bisa lebih baik lagi ktimbang kemarin2.

    BalasHapus
  12. mungkin dari sononya negeri kita hanya dijatah dicabang olahraga bulutangkis? heuhehe...
    Saya bukan pengamat sepak bola indonesia tp memang sangat beda liat kualitas bermain kita dibanding eropa. Apa yg bisa kita contoh dari mereka? profesionalisme dan manajerialnya mungkin. Saya liat PSSI masih 'bermasalah'

    BalasHapus
  13. @warmorning: BARITO PUTRA memang unik.

    @rozy: Memang begini ini sepakbola kita, sedikit sedikit baku pukul. Sementara para suporter juga tak kalah beringas, kadang ikut membanjiri lapangan untuk meramaikan acara baku pukul.

    @Nyante Aza Lae: hmmm ini bisa buat bahan tulisan nanti nih; "Topi Saya Bundar, Masih Adakah Yang Memakainya?"

    @yoyo: Selektif harus itu, namun pembibitan pemain muda juga tidak kalah penting. Dulu hampir di setiap kota orang rame - rame buka sekolah bola untuk anak - anak. Gak tahu sekarang bagaimana nasibnya? Dan kemudian para anak yang sudah di poles untuk bermain bola dengan baik dan benar itu sekarang mau diapain?

    @Norjik: Komentator? Berarti termasuk kita berdua? Cuma jago komentar namun gak bisa berbuat apa - apa. Setuju bukan cuma masalahnya di wasit saja, namun sangat kompleks (bukan berarti mustahil diselesaikan). Yang saya tuliskan di atas, dalam benak saya, apakah permasalahan di sepakbola ini lebih banyak disebabkan oleh faktor BUDAYA? Termasuk juga budaya MAKLUM, seringkali kita terlalu permisif terhadap pelaku pelanggaran norma/budaya/hukum sehingga ini menjadi akumulasi perilaku sampah yang sebetulnya tidak hanya terjadi di sepakbola saja.

    @belly wijaya: Bulu Tangkis? Untuk olahraga yang satu ini terdapat masalah yang tak kalah peliknya, lagipula prestasi bulutangkis akhir-akhir ini sudah mulai menurun. PSSI bermasalah? jelas sekali pak, masak sekumnya yang jelas-jelas tidak dapat hadir membina karena terkena vonis hukum, masih terus menjadi sekum dengan asas praduga tak bersalah??? mohon koreksi bila saya salah tentang masalah sekum ini.

    Tetapi apalah bedanya dengan KONI Kaltim yang jelas - jelas Ketua Umum-nya (Suwarna AF) sudah lama divonis bersalah tapi sampai hari ini belum dilakukan Musorprovlub untuk memilih Ketum yang baru.

    BalasHapus
  14. He he, Tahu aja Mas Deden alasan kami.

    Saya sebagai pelatih PSSI mohon maaf pada pencinta Olah Raga Indonesia, khususnya Sepakbola.

    Beberapa alasan saya
    di sini

    BalasHapus
  15. coba sekali ini datangkan pelatih terkenal dari eropa...klo maennya masih OOn ya nasib dah....
    barito putra one and only.

    BalasHapus
  16. Memang paling mudah mencari kambing hitam dalam setiap masalah yang menghantam diri kita, tak terkecuali persoalan sepak bola tanah air, masing2 pihak ingin benar sendiri...sehingga mengesampingkan pihak lain..

    Kalo Collina yang khusus didatangkan dari Italia, gimana? *pasti semua pemain dan bupati pada jiper*

    BalasHapus
  17. @khairuddin syach; mencari kambing hitam memang sudah menjadi kebiasaan saya khai, mudah-mudahan kawan yang lain tidak seperti saya ya.

    Kalau Colina didatangkan, mungkin cuman bertahan seminggu aja ... setelah itu pulang karena dilempari botol aqua.

    BalasHapus
  18. intinya selalu saja ada alasan bila kalah..

    BalasHapus
  19. eh denger2 Indonesia mo nyalonin jadi tuan rumah piala dunia ya?
    mmm..(unsure)

    BalasHapus
  20. @aprie; iya aku denger juga, kalau gak salah utk 2022 ... buang-buang uang rakyat lagi dah.

    BalasHapus

Posting yang laen ...